Saturday, August 27, 2011

Wanita Cenderung Gemuk Usai Nikah




 


Pengalaman membahagiakan maupun traumatis terbukti berefek pada peningkatan berat badan. Sebuah studi terbaru menyebutkan, wanita akan gemuk setelah menikah, sementara pria mengalami peningkatan berat badan pasca bercerai. 


Pernikahan dan perceraian ternyata dapat menjadi semacam “kejutan berat badan”bagi sejumlah orang.Mereka akan bertambah berat badannya secara drastis,terutama yang berusia di atas 30 tahun. Namun,bagi wanita dan pria waktunya berbeda.Menurut sebuah studi terbaru,wanita cenderung gemuk usai menikah. 

Sementara pria,akan mengalami risiko peningkatan berat badan setelah bercerai. “Jelas sekali bahwa dampak transisi perkawinan pada perubahan berat badan seseorang berbeda berdasarkan gender,” kata Dmitry Tumin,penulis utama studi dan seorang mahasiswa doktor di bidang sosiologi di Ohio State University, Amerika Serikat. 

“Perceraian untuk pria dan sampai batas tertentu,pernikahan bagi wanita dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang mungkin cukup besar untuk menimbulkan risiko kesehatan, ”lanjutnya seperti dikutip laman Science Daily.

Kemungkinan peningkatan berat badan yang besar dengan transisi pernikahan meningkat paling tinggi bagi yang berusia lebih dari 30 tahun. “Untuk seseorang di pertengahan usia 20-an,tidak ada banyak perbedaan dalam probabilitas kenaikan berat badan antara seseorang yang baru saja menikah dan yang tidak pernah menikah.Tetapi kemudian dalam hidup,ada lebih banyak perbedaan,”kata Tumin.

Dia melakukan penelitian ini bersama dengan Zhenchao Qian,seorang profesor sosiologi di Ohio State University. Mereka mempresentasikan penelitian ini pada Senin (22/8) di Las Vegas dalam pertemuan tahunan American Sociological Association.

Meskipun ada banyak penelitian tentang perubahan berat badan setelah menikah atau bercerai, kebanyakan hasilnya menemukan bahwa peningkatan rata-rata berat badan sangat kecil setelah menikah dan kecil kemungkinan juga berat badan turun setelah bercerai. 

Namun hasil studi ini,ujar Qian,dapat menyembunyikan fakta bahwa beberapa orang memang benar-benar menurunkan berat badan,beberapa di antaranya tetap sama dan beberapa lainnya mengalami kenaikan berat badan sangat besar.

“Kami memperkirakan dampak transisi perkawinan pada kemungkinan kenaikan atau penurunan berat untuk kategori orang yang berbeda. Dengan demikian,tidak semua orang yang mengalami transisi perkawinan memiliki pengalaman yang sama,”kata Qian. 

Tumin dan Qian menggunakan data dari National Longitudinal Survey of Youth (NSLY) pada 1979,sebuah sampel perwakilan nasional dari pria dan wanita berusia 14 hingga 22 tahun pada 1979. Orang yang sama disurvei setiap tahun hingga 1994 dan seterusnya sejak itu.

Dalam studi ini,para peneliti menggunakan data sekitar 10.071 orang yang disurvei pada 1986–2008 untuk menentukan berat badan dalam dua tahun setelah pernikahan atau perceraian mereka. NLSY ini termasuk data body mass index (BMI),ukuran umum kesehatan dari perbandingan berat badan terhadap tinggi.

Para peneliti memisahkan partisipan menjadi empat kelompok,yaitu kelompok pertama,mereka yang mengalami penurunan BMI minimal 1 kg/m2 (sekitar 7 pon untuk orang yang tingginya 5’10”) dalam periode dua tahun setelah transisi perkawinan.Kedua, mereka yang BMI-nya naik (70–20 pon untuk orang 5’10”). 

Ketiga,mereka yang kenaikan BMI-nya lebih besar (lebih dari 21 pon).Dan yang terakhir, mereka yang tidak ada kenaikan berat badan atau malah turun (perubahannya kurang dari 7 pon).Para peneliti memperhitungkan berbagai faktor lain yang mungkin memengaruhi kenaikan atau penurunan berat badan,termasuk kehamilan bagi wanita,status kemiskinan, sosial ekonomi,dan pendidikan. 

Baik pria maupun wanita yang menikah ataupun telah bercerai dibandingkan yang tidak pernah menikah,lebih mungkin untuk mengalami kenaikan berat badan yang sedikit di dua tahun berikutnya, selama transisi pernikahan mereka.“Bagi kebanyakan orang,kenaikan berat badan yang dapat dilihat setelah transisi pernikahan relatif kecil, bukan suatu ancaman kesehatan yang serius,”imbuh Tumin. 

Namun,sebagian besar studi-studi lain telah menyebutkan bahwa sebenarnya proses perceraian dapat mengarah kepada penurunan berat badan,setidaknya dalam tahun pertama setelah pernikahan berakhir.“Sekali lagi, ini mungkin karena penelitian lain belum memisahkan peserta studinya ke dalam kelompok umur dan jenis kelamin dan hanya menggunakan perubahan rata-rata berat badan,” kata Tumin.

Data dalam penelitian ini tidak bisa mengungkapkan mengapa pria lebih mungkin untuk mendapatkan kenaikan berat badan besar setelah perceraian. Sementara bagi perempuan, pernikahan lebih mungkin menyebabkan peningkatan berat badan yang besar.Namun,hasil ini sesuai dengan penelitian lain tentang bagaimana sebuah pernikahan dapat memengaruhi, baik pria maupun wanita. 

“Perempuan yang sudah menikah sering memiliki peran yang lebih besar di dalam rumah daripada pria dan mereka mungkin memiliki sedikit waktu untuk berolahraga dan tetap bugar dibanding perempuan yang tidak menikah,” kata Qian. rendra hanggara